Tampilkan postingan dengan label kitab Pesantren. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kitab Pesantren. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 September 2025

Kitab Aqidah wa At Tauhid

 

Kitab Aqidah wa At Tauhid

( Terjemah kitab Sulam At Taufiq )


Pengantar Penulis

 

مُقَدِّمَةُ المُؤَلِّف

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العالَمِينَ، وأشْهَدُ أنْ لا إلٰهَ إلّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهْ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ والتّابِعِين.

 

أمّا بَعْدُ، فَهٰذا جُزْءٌ لَطِيفٌ يَسَّرَهُ اللهُ تَعالَى، فِيما يَجِبُ تَعَلُّمُهُ، وتَعْلِيمُهُ، والعَمَلُ بِهِ لِلخاصِّ والعامِّ، والواجِبُ ما وَعَدَ اللهُ فاعِلَهُ بِالثَّوابِ، وتَوَعَّدَ تارِكَهُ بِالعِقابِ، وسَمَّيْتُهُ سُلَّمَ التّوْفِيق إلى مَحَبَّةِ اللهِ على التَّحْقِيق، أسأَلُ اللهَ الكَرِيمَ أنْ يَجْعَلَ ذٰلك مِنْهُولَهُ وفِيهِ وإلَيْه، ومُوجِبًا لِلقُرْبِ والزُّلْفَى لَدَيْه، وأنْ يُوَفِّقَ مَنْ وَقَفَ عليه لِلْعَمَلِ بِمُقْتَضاه، ثُمَّ التَّرَقِّي بِالتَّوَدُّدِ بِالنَّوافِلِ لِيَحُوزَ حُبَّهُ ووَلاه.

 

 

Pendahuluan

 

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Segala puji hanyalah milik Allah yang menjadi tuhan semesta alam.

Dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah dengan sebenar-benarnya kecuali hanya Allah yang maha tunggal yang tiada sekutu baginya.

 

Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Semoga sholawat dan salam Allah senantiasa tercurahkan atas beliau, seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut mereka.

 

Selanjutnya, ini adalah sebuah kitab kecil (semoga Allah menjadikannya mudah untuk difaham dan diamalkan) yang menjelaskan tentang hal-hal yang wajib untuk dipelajari dan diajarkan serta diamalkan oleh orang yang berilmu maupun orang awam.

 

Wajib adalah sesuatu yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang yang mengerjakannya dengan mendapatkan pahala dan telah diancam oleh Allah bagi orang yang meninggalkannya dengan mendapatkan siksa.

 

Dan aku namai kitab ini dengan nama “Tangga pertolongan untuk menggapai cinta Allah dengan sebenar-benarnya.”

 

Aku memohon kepada Allah yang maha dermawan agar nenjadikan kitab ini semata-mata anugrah dariNya, murni karenaNya, cinta padaNya dan menyampaikan kepadaNya.

 

Dan sebagai pendekat di sisiNya

 

Dan semoga Allah memberikan pertolongan pada orang yang mempelajari kitab ini untuk bisa mengamalkan isinya (mengerjakan yang wajib dan meninggalkan yang haram).

 

Kemudian terus meningkat dengan senang mengamalkan kesunahan-kesunahan supaya ia bisa mempeoleh cinta dan pertolongan Allah.

 

 

Bab Pokok-pokok Agama

 

بابُ أُصُولِ الدِّينِ

 

فَصْلٌ: في الواجِبِ على كُلِّ مُكَلَّفٍ

 

يَجِبُ على كافَّةِ المُكَلَّفِينَ الدُّخُولُ في دِينِ الإسْلام، والثُّبُوتُ فيه على الدَّوام، والْتِزامُ ما لَزِمَ عليه مِنَ الأحْكام.

 

فَصْلٌ: في مَعْنَى الشَّهادَتَيْنِ

 

فَمِمّا يَجِبُ عِلْمُهُ واعْتِقادُهُ مُطْلَقًا، والنُّطْقُ به في الحالِ إنْ كانَ كافِرًا، وإلّا ففي الصَّلاةِ، الشَّهادَتانِ وهُما: "أشْهَدُ أنْ لا إلٰهَ إلّا اللهُ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ"، صلى الله عليه وسلم.

 

مَعْنَى الشَّهادَةِ الأُولَى: ومَعْنَى أشْهَدُ أنْ لا إلٰهَ إلّا اللهُ: أنْ تَعْلَمَ وتَعْتَقِدَ وتُؤْمِنَ وتُصَدِّقَ أنْ لا مَعْبُودَ بِحَقٍّ في الوُجُودِ إلّا اللهُ، الواحِدُ، الأحَدُ، الأوَّلُ، القَدِيمُ، الحَيُّ، القَيُّومُ، الباقِي، الدائِمُ، الخالِقُ، الرّازِقُ، العالِمُ، القَدِيرُ، الفَعّالُ لما يُرِيدُ، ما شاءَ اللهُ كانَ وما لم يَشَأْ لم يَكُنْ، ولا حَوْلَ ولا قُوَّةَ إلّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ، مَوْصُوفٌ بِكُلِّ كَمالٍ، مُنَزَّهٌ عن كُلِّ نَقْصٍ، ﴿ لَيْسَ كَمثْلِهِ شَيْءٌ وهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴾، فهو القَدِيمُ وما سِواهُ حادِثٌ، وهو الخالِقُ وما سِواهُ مَخْلُوقٌ، وكَلامُهُ قَدِيمٌ [أي بِلا ابْتِداءٍ] كَسائِرِ صِفاتِهِ، لِأنَّهُ سُبْحانَهُ مُبايِنٌ لِجَمِيعِ المَخْلُوقاتِ في الذّاتِ والصِّفاتِ والأفْعال، [ومَهْما تَصَوَّرْتَ بِبالِك، فَاللهُ تَعالَى لا يُشْبِهُ ذلِك]، سُبْحانَهُ وتَعالَى عَمّا يَقُولُ الظّالِمُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا.

 

مَعْنَى الشَّهادَةِ الثّانِيَةِ: ومَعْنَى أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ: أنْ تَعْلَمَ وتَعْتَقِدَ وتُصَدِّقَ وتُؤْمِنَ أنَّ سَيِّدَنا ونَبِيَّنا مُحَمَّدَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المُطَّلِبِ بْنِ هاشِمِ بْنِ عَبْدِ مَنافٍ القُرَشِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ عَبْدُ اللهِ ورَسُولُهُ إلى جَمِيعِ الخَلْقِ؛ وُلِدَ بِمَكَّةَ، وبُعِثَ بِها، وهاجَرَ إلى المَدِينَةِ، ودُفِنَ فيها، وأنَّهُ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ صادِقٌ في جَمِيعِ ما أخْبَرَ بِهِ .

 

Pasal Yang Wajib bagi Setiap Muslim Mukallaf

 

Setiap orang yang mukallaf (baligh dan berakal) wajib masuk kedalam agama islam dan menetap selama-lamanya serta menjalankan semua hukum-hukumnya.

 

Pasal Makna Dua Kalimat Syahadat

 

Diantara perkara yang wajib untuk diketahui dan diyakininya adalah dua kalimat syahadat yang wajib ia ucapkan disaat itu juga apabila ia kafir dan didalam sholat apabila ia muslim.

 

Dua kalimat syahadat itu adalah "Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah dengan sebenar-benarnya kecuali hanya Allah dan bahwasanya nabi Muhammad SAW adalah utusanNya."

 

Adapun ma’na أشهد ان لا اله الا الله adalah engkau mengetahui, meyakini, mempercayai dan membenarkan bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah dengan sebenar-benarnya didalam wujud kecuali hanya Allah.

 

Yang maha esa, yang maha tunggal, yang maha pertama, yang maha terdahulu, yang maha hidup, yang maha kekal, yang maha abadi, yang maha pencipta, yang maha memberi rizqi, yang maha mengetahui, yang maha kuasa, yang maha memperbuat pada sesuatu yang dikehendaki.

 

Apapun yang diinginkanNya wujud, maka akan terwujud. Dan apapun yang tidak diinginkanNya wujud, maka tidak akan terwujud. Dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganNya yang maha tinggi lagi maha agung.

 

Dia bersifat dengan semua sifat kesempurnaan dan disucikan dari semua kekurangan dan tidak ada sesuatu apapun yang menyamaiNya dan Dia maha mendengar lagi maha melihat.

 

Dia adalah terdahulu dan selainNya adalah baharu. Dan Dia adalah yang menciptakan dan selainNya adalah yang diciptakan.

 

KalamNya adalah terdahulu sebagaimana sifat-sifatNya karena sesungguhnya Dia (maha suci Dia) berbeda dengan seluruh makhluk didalam dzat, sifat dan perbuatan.

 

Maha suci dan maha tinggi Dia dari apa-apa yang diucapkan oleh orang-orang yang zholim dengan ketinggian yang besar.

 

Dan adapun ma’na أشهد أن محمدا رسول الله adalah engkau mengetahui, meyakini, mempercayai dan membenarkan bahwasanya junjungan dan nabi kita Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul muththolib bin Hasyim bin Abdu manaf yang bersuku quraisy adalah hamba dan utusan Allah kepada seluruh makhluk.

 

Beliau dilahirkan dan diutus di mekah dan beliau hijrah ke madinah dan dikuburkan disana.

 

Beliau SAW adalah benar di dalam seluruh kabar yang telah disampaikannya.

Kitab Dasar yang Diajarkan di Pesantren

 

Kitab Dasar yang Diajarkan di Pesantren

 

Kitab Arba’in Nawawi

 

Pada kitab yang telah disebutkan di atas merupakan kitab dasar dalam menspesifikasikan kedudukan hadits. Berbeda lagi dengan kitab matan hadits yang harus dipelajari di dunia pesantren, yaitu Kitab Arba’in Nawawi karangan Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Murri Al Nizami An-Nawawi yang berisi 42 matan hadits. Selain itu beliau juga mengarang berbagai kitab antara lain Riyadhus Sholihin,  Al-Adzkar, Minhajut Tholibin, Syarh Muslim, dan lain-lain. Muatan tema yang dihimpun dalam kitab ini meliputi dasar-dasar agama, hukum, muamalah, dan akhlak

 

Kitab At-Taqrib

 

Fiqh merupakan hasil turunan dari Al-Quran dan Al-Hadist setelah melalui berbagai paduan dalam ushul fiqh. Kitab Taqrib yang dikarang oleh Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy adalah kitab fiqh yang menjadi rujukan dasar dalam mempelajari ilmu fiqh. Di atas Kitab Taqrib ada Kitab Fathul Qorib, Tausyaikh, Fathul Mu’in, dan semuanya itu syarat atau penjelasan dari At-Taqrib.

 

Kitab Aqidatul Awam

 

Hal mendasar dalam agama adalah kepercayaan atau aqidah. Apabila aqidah sudah mantap, kuat dan benar maka dalam menjalani syariat agama tidak akan menyeleweng dari aturan syariat yang telah ditentukan. Kitab dasar aqidah yang dipelajari dipesantren adalah kitab Aqidatul Awam karangan Syaikh Ahmad Marzuqi Al-Maliki berisi 57 bait nadzom. Kitab ini dikarang atas perintah Rasulullah yang mendatangi sang pengarang melalui mimpinya. Hingga beliau mampu menyelesaikan kitab tersebut sebagai acuan sumber literasi ilmu Aqidah di berbagai tempat. Termasuk juga di Indonesia yang sebagian memakai kitab ini, sebagai dasar untuk mengajar para santri.

 

Kitab Ta’limul Muta’alim

 

Sepandai apapun manusia serta sebanyak apapun ilmu yang dikuasainya, semuanya tidak akan bisa menghasilkan sarinya ilmu tanpa adanya akhlaq. Hal dasar bagi para pencari ilmu agar ilmunya manfaat dan barokah adalah harus mengutamakan akhlaq. Kitab dasar yang menerangkan mengenai akhlaq di dunia pesantren adalah kitab Ta’limul-Muta’alim karangan Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Setiap awal proses belajar di pesantren sesuai adatnya pasti mempelajari kitab ini ataupun kitab lain yang seakar dengan Ta’limul Muta’alim, seperti kitab Adabul ‘alim wal Muta’alim karangan ulama’ besar Indonesia, Pahlawan Nasional sekaligus pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kedua kitab ini pun juga menjadi kurikulum wajib bagi pesantren yang ada di Indonesia bahkan hingga luar negeri.

 

Sungguh kaya khazanah ilmu pengetahuan Islam yang ada di dunia pesantren. Ada sekitar 200 judul kitab dipelajari di pesantren menurut data yang pernah dikemukakan oleh Gus Dur. Kalangan pesantren terus berupaya agar kebudayaan pesantren ini dapat eksis di tengah perubahan zaman dan globalisasi. Literasi kebudayaan salaf ini mampu menunjukkan kiprah para ulama sebagai warotsatul ambiya’ (pewaris para Nabi). Wallahua’lam bishshowab.

 

Selasa, 11 Februari 2025

kitab ilmu Al kaghidiyah

 Terjemahan kitab Al kaghidiyah 




Daftar isi kitab alkaghiyah :

 

v ilmu kaghidza

v Merubah kertas dengan surat jin 

v BAB UANG GHOIB NAFAQOH

v BAB NAFAQAH

v BAB NAFAQAH

v BAB ASROR HURUF JIM

v BAB ASROR HURUF JIM

v BAB MENARIK  UANG PEMBELI /KONSUMEN AGAR BELANJA KE TOKO KITA

v BAB MENGIRIM SUARA GHOIB (Irsal Hatif)

v BAB IRSAL

v MENGUTUS SUARA GHOIB PADA TARGET

v BAB TALBIS

v Bab Ikhtiar Agung

v BAB MANDAL

v BAB ISTIKHAM AZHIM

v BAB IRSAL HATIF

v BAB MANDAL ASYQAR

v BAB MANDAL SYAHSHI

v BAB BAGHDHAH

v BAB NAFAQOH

v BAB QOSSUL KAGHID

v LITABDIL  ( MERUBAH KERTAS TIDAK AKAN BERUBAH)

v MENCARI BERITA MELALUI MEDIA KERTAS DI MASUKAN KE DALAM MULUT

v Taqshis 

v Menarik uang, emas, dan segalanya

v Merubah kertas dan mengubahnya menjadi uang

v Riyadhoh Ayat kursi

v Merubah kertas atau daun menjadi uang

v Dalam merubah kertas atau daun menjadi uang.

v MANDAL

v SEKH ABDUL MUTHOLIB

v IRSAL MENGIRIM SUARA TANPA JIRIM KE TARGET

v MENGIKAT AGAR TIDAK BISA NIKAH SELAMANYA

v BAB AGAR WANITA YANG DI MAKSUD SERING KELUAR DARAH DARI FARJINYA

v MANDAL ASYQOR

v MANDAL SYAHSYII

v BAB KHODAM SINGA

v ILMU MUKASYFAH

v MANDAL MANGKUK/ sayyid aty

v AGAR BISA HAMIL

v GENDAM JABAT TANGAN

v BAB IRSAL ASMA YA LATHIF

v BAB IRSAL HATIF

v BAB IRSAL HATIF

v KHODAM LIQODOIL HAJAT

v ISTIKHOROH  DALAM IMPIAN

v BAB LIQODLOIL HAJATI

v BAB JALBI MEDIA LILIN

v JALBI DAN IRSAL

v BAB JALBI

v JALBI DAN TAHYID JINQOTTO

v JALBI

v BAB GENDAM JABAT TANGAN

v BAB MENGHADAPI PARA HAKIM DAN PENGUASA

v BAB BAGI ORANG YANG TAKUT SAMA HAKIM

v BAB IRSAL AUNUL LAFUFIN

v MENGELUARKAN BENDA SIHIR DI DALAM TUBUH

v ILMU KASYAF

v BAB IRSAL QOSYDAM A’WAR/ sirep

v MENGUSIR MUSUH DARI TEMPAT TINGGALNYA

v BAB SHOLAT HAJAT LIKODOI HAJAT

v Ayat tabdil dan Taqshis dengan 8 cara

v kaghidziyah sari'ul ijabah

v Asma Qosam Tabdil

v Merubah kertas jadi uang dan mendatangkan uang

 

 



Senin, 17 Juni 2024

Kitab Jurumiyah

 

Kitab Al Jurumiyah 


Terjemahan kitab Al-jurumiyah 


Kitab Al-Jurumiyah adalah Kitab ilmu nahwu (ilmu tentang anatomi dan bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab) yang dikarang oleh Syekh Sonhaji. Kitab ini diperuntukkan untuk para santri yang baru belajar kitab kuning, karena kitab ini disusun secara sistematis dan diolah dengan bahasa yang mudah dipahami. Kitab ini merupakan pedoman level terendah dalam ilmu nahwu.

Al-Ajurrumiyah atau Jurumiyah (bahasa Arab: الآجُرُّومِيَّة‎) adalah sebuah kitab kecil tentang tata bahasa Arab dari abad ke-7 H/13 M. Kitab ini disusun oleh ahli bahasa dari Maroko yang bernama Abu Abdillah Sidi Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji alias Ibnu Ajurrum (w. 1324 M).

Rumus-rumus dasar pelajaran bahasa Arab klasik ditulis dengan bentuk berima untuk memudahkan dalam menghapal. Di lingkungan masyarakat Arab kitab ini menjadi salah satu kitab awal yang dihapalkan selain Al-Qur’an.

Di kalangan pesantren tradisional, Kitab Matan al-Ajurrumiyyah merupakan textbook tentang ilmu nahwu (gramatika Bahasa Arab) yang sangat terkenal. Hampir setiap santri yang menimba ilmu di pesantren tradisional mengawali pelajaran tentang bahasa Arab melalui kitab ini. Kitab ini merupakan kitab standar yang merupakan dasar dari pelajaran bahasa Arab. Dalam praktiknya di dunia pesantren, kitab tersebut sering disebut dengan nama Jurrumiyyah.

Versi terjemahan kali ini lebih detail dan gamblang karena di sertakan contoh-contoh kalimat serta di lengkapi dengan skema materi, sehingga dengan mudah memahamkan bagi si pembaca.



DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERJEMAH        

DAFTAR ISI  


[PEMBAGIAN KATA]          


BAB I’RŌB (PERUBAHAN AKHIR KATA)

  [Marfū’]        

  [Manshūb]    

  [Majrūr]        

  [Majzūm]      


  Fasal Isim-Isim Mu’rob         


BAB FI’IL (KATA KERJA)    

BAB ISIM-ISIM MARFŪ’     


  Bab Fā’il       

  Bab Naibul Fā’il       

  Bab Mubtada dan Khobar    

  Bab Āmil-Āmil yang Masuk pada Mubtada   

  Bab Na’at     

  Bab Athof     

  Bab Taukīd   

  Bab Badal     


BAB ISIM-ISIM MANSHŪB

  Bab Maf’ūl Bih (Objek)        

  Bab Masdar   

  Bab Zhorof Zaman dan Tempat       

  Bab Hāl (Keadaan)   

  Bab Tamyīz  

  Bab Mustatsnā (Pengecualian)          

  Bab Isim Lā  

  Bab Munādā (Yang Dipanggil)         

  Bab Maf’ūl Min Ajlih

  Bab Maf’ūl Ma’ah     


BAB ISIM-ISIM MAJRŪR    

LAMPIRAN : KESIMPULAN           

LAMPIRAN : PERUBAHAN DHOMĪR      

LAMPIRAN : PRAKTIK KALIMAT 

LAMPIRAN : MATAN ARAB 



BAB I’RŌB (PERUBAHAN AKHIR KATA)


I’rōb (إِعْرَابٌ) adalah perubahan akhir kata[1] yang disebabkan perbedaan āmil (عَامِل)[2] yang masuk padanya, baik berupa lafazh maupun muqoddaroh (diperkirakan/dikhayalkan)[3].

I’rōb dibagi empat, yaitu (1) marfū’, (2) manshūb, (3) majrūr, dan (4) majzūm.[4]


[Marfū’]

Marfū’ memiliki empat tanda, yaitu dhommah, wawu, alif, dan nun.

(1) Dhommah (ـُ ـٌ) menjadi tanda untuk marfū’ di empat tempat: isim mufrod[5], jamak taksīr[6], jamak muannats sālim[7], dan fi’il mudhōri yang tidak bersambung apapun[8].

(2) Wawu (و) menjadi tanda untuk marfū’ di dua tempat: jamak mudzakkar sālim[9] dan asmāul khomsah yaitu (أَبُو) “ayah”, (أَخُو) “saudara”, (حَمُو) “ipar”, (فُو) “mulut”, dan (ذُو) “pemilik”[10].

(3) Alif (ا) menjadi tanda untuk marfū’ hanya pada isim dobel (tatsniyah).[11]

(4) Nun (ن) menjadi tanda untuk marfū’ pada fi’il mudhōri jika bersambung dhomīr tatsniyah, dhomīr jamak, dan dhomīr muannats mukhōtobah.[12]


[Manshūb]

Manshūb memiliki lima tanda yaitu fathah, alif, kasroh, yā, dan membuang nun.

(1) Fathah (ـَ ـً) menjadi tanda untuk manshūb di tiga tempat: isim mufrod[13], jamak taksīr[14], fi’il mudhōri yang dimasuki ‘āmil nawāshib dan akhirannya tidak bersambung apapun[15].

(2) Alif menjadi tanda untuk manshūb pada asmāul khomsah, contohnya (رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ) “aku melihat ayahmu dan saudaramu.”

(3) Kasroh (ـِ ـٍ) menjadi tanda untuk manshūb pada jamak muannats sālim.[16]

(4) Yā (ي) menjadi tanda untuk manshūb pada isim tatsniyah[17] dan jamak mudzakkar sālim[18].

(5) Membuang nun menjadi tanda untuk manshūb pada af’ālul khomsah yang marfū’nya dengan menetapkan nun.[19]


[Majrūr]

Majrūr memiliki tiga tanda yaitu kasroh, yā, dan fathah.

(1) Kasroh menjadi tanda untuk majrūr pada tiga tempat yaitu isim mufrod munshorif[20], jamak taksīr munshorif[21], dan jamak muanats sālim[22].

(2) Yā menjadi tanda untuk majrūr pada tiga tempat yaitu asmāul khomsah[23], isim tatsniyah[24], dan jamak mudzakkar sālim[25].

(3) Fathah menjadi tanda untuk majrūr pada isim ghoiru munshorif.[26]


[Majzūm]

Majzūm memiliki dua tanda yaitu sukun dan membuang.

(1) Sukun (ـْ) menjadi tanda untuk majzūm pada fi’il mudhōri yang shohih akhirannya.[27]

(2) Membuang menjadi tanda majzūm pada fi’il mudhōri yang berhuruf illat akhirannya dan af’ālul khomsah yang marfū’nya dengan menetapkan nun.[28]


Fasal Isim-Isim Mu’rob

Isim mu’rob[29] ada dua macam, ada yang mu’rob dengan harokat dan ada yang mu’rob dengan huruf.[30]

Yang mu’rob dengan harokat ada empat macam yaitu isim mufrod, jamak taksīr, jamak muannats sālim, dan fi’il mudhōri yang akhirannya tidak menyambung apapun. Semua isim di atas marfū’nya dengan dhommah, manshūbnya dengan fathah, majrūrnya dengan kasroh, dan majzūmnya dengan sukun.

Dikecualikan tiga hal darinya: (1) jamak muannats sālim yang manshūb dengan kasroh, (2) isim ghoiru munshorif yang majrūr dengan fathah, (3) fi’il mudhōri yang akhirannya berhuruf illat majzūmnya dengan membuang huruf akhirnya.

Yang mu’rob dengan huruf ada empat macam, yaitu (1) isim tatsniyah yang marfū’nya dengan alif; manshūb dan majrūrnya dengan yā, (2) jamak mudzakkar sālim yang marfū’nya dengan wawu; manshūb dan majrūrnya dengan yā; (3) asmāul khomsah yang marfū’nya dengan wawu, manshūbnya dengan alif, dan majrūrnya dengan yā, dan (4) af’ālul khomsah yang marfū’nya dengan nun, sementara manshūb dan majzūmnya dengan membuang nun.

[1] Bahasa Arob memiliki dua disiplin ilmu: Nahwu dan Shorof. Nahwu fokus menganalisa bagian akhir kata, sementara Shorof fokus menganalisa bagian awal dan tengah kata. Misalnya (طَالِبٌ), bagian ط dan ل dibahas Shorof, sementara ب dibahas Nahwu.

[2] Āmil (perangkat) adalah sesuatu yang menjadikan kata marfū’, manshūb, majrūr, atau majzūm, dan dia ada dua: lafzhi dan maknawi. Dikatakan lafzhi, jika āmil itu terlihat dan bisa diucapkan, contohnya (فِي الدَّارِ) di mana fī adalah ‘āmil yang menjadikan الدار majrūr. Dikatakan maknawi, jika ‘āmil itu tidak terlihat dan tidak terbaca, contohnya (زَيْدٌ مُسْلِمٌ) di mana yang menjadikan Zaid marfū’ adalah sebab ibtida (berada di awal kalimat), dari situlah ia disebut Mubtada. Sementara Zaid sendiri, menjadi ‘āmil lafzhi untuk Muslim (karena Khobar muncul karena adanya Mubtada).

[3] Huruf Hijaiyah ada 28. Tiga di antaranya adalah huruf illat (sakit) yaitu alif, yā, wawu. Sisanya sebanyak 25 adalah huruf shohih (sehat). Jika sebuah kata akhirannya berhuruf shohih maka i’rōbnya dengan harokat (dhommah, fathah, kasroh, sukun), contohnya (زَيْدٌ - زَيْدًا - زَيْدٍ) dan (يَذْهَبُ - يَذْهَبَ - يَذْهَبْ). Jika akhirannya berhuruf illat maka i’rōbnya muqoddaroh (diperkirakan), contoh (مُوسَى).

[4] Empat ini berkaitan dengan kondisi akhir sebuah kata. Asal tanda untuk marfū’ adalah dhommah, contohnya (زَيْدٌ - يَذْهَبُ). Asal tanda manshūb adalah fathah, contohnya (زَيْدًا - يَذْهَبَ). Asal tanda untuk majrūr adalah kasroh, seperti (زَيْدٍ). Asal tanda untuk majzūm adalah sukun, seperti (يَذْهَبْ). Akan tetapi dalam kondisi tertentu, tanda asal ini diganti perwakilan lain, yang akan dijabarkan pada bahasan berikutnya.

[5] Isim mufrod adalah isim yang menunjukkan makna tunggal, contohnya adalah (ذَهَبَ طَالِبٌ) “Siswa pergi”.

[6] Jamak taksīr adalah jamak yang tidak memiliki rumus (harus merujuk kepada kamus) contohnya adalah (ذَهَبَ طُلاَّبٌ) “para siswa pergi”.

[7] Yaitu jamak yang berakhiran (ات), contohnya adalah (ذَهَبَتْ طَالِبَاتٌ) “para siswi pergi”.

[8] Yaitu fi’il yang bermakna sekarang (present tense), contohnya (أَذْهَبُ) “aku sedang pergi”. Maksud tidak bersambung dengan apapun adalah tidak bersambung dengan nun taukid seperti (أَذْهَبَنَّ) “aku benar-benar akan pergi” maka ia mabni fathah, atau nun niswah seperti (يَذْهَبْنَ) “mereka (pr) pergi” maka ia mabni sukun. Mabni akan diperinci pada bahasan berikutnya.

[9] Yaitu jamak yang berakhiran (ون) atau (ين). Contohnya adalah (ذَهَبَ طَالِبُونَ) “para siswa pergi”.

[10] Yaitu isim-isim khusus yang berjumlah lima di atas, contohnya (ذَهَبَ  أَبُوكَ) “ayahmu pergi”, (ذَهَبَ أَخُوكَ) “saudaramu pergi”, (ذَهَبَ حَمُوكَ) “iparmu pergi”, (اِحْمَرَّ فُوكَ) “mulutmu memerah”, (ذَهَبَ ذُو مَالٍ) “pemilik harta pergi”.

[11] Yaitu isim yang berakhiran (ان) atau (ين), contohnya (ذَهَبَ طَالِبَانِ) “dua siswa pergi”.

[12] Dhomīr tatsniyah adalah (يـ+ان) “mereka berdua (lk)” dan (تـ+ان) “kalian berdua (lk) atau mereka berdua (pr)”. Dhomīr jamak adalah (يـ+ون) “mereka (lk)” dan (تـ+ون) “kalian (lk)”. Dhomīr muannats mukhōthobah adalah (تـ+ين) “kamu (pr)”. Lima fi’il ini biasa disebut af’ālul khomsah dan dicontohkan dengan (يَنْصُرَانِ - تَنْصُرَانِ - يَنْصُرُونَ - تَنْصُرُونَ - تَنْصُرِينَ).

[13] Contohnya (رَأَيْتُ الطَالِبَ) “aku melihat siswa itu”.

[14] Contohnya (رَأَيْتُ الطُلَّابَ) “aku melihat siswa-siswa”.

[15] Contohnya (لَنْ أَذْهَبَ) “aku tidak akan pergi”. Āmil nawāshib ada 10 dan akan diperinci pada bahasan berikutnya.

[16] Contohnya (رَأَيْتُ الطَّالِبَاتِ) “aku melihat siswi-siswi”.

[17] Contohnya (رَأَيْتُ الطَّالِبَينِ) “aku melihat dua siswa”.

[18] Contohnya (رَأَيْتُ الطَّالِبِينَ) “aku melihat siswa-siswa”.

[19] Contohnya (لَنْ تَذْهَبُوا) “kalian tidak akan pergi”, manshūb dengan hadzfun nun (membuang nun), aslinya تذهبون.

[20] Munshorif adalah isim yang memiliki wazan (rumus) seperti kātib (penulis) yang ikut rumus fā’il dari fi’il kataba (menulis). Lawannya adalah ghoiru munshorif, seperti (مَكَّة) yang tidak memiliki akar kata. Contoh isim mufrod munshorif adalah (مَرَرْتُ بِطَالِبٍ) “aku melewati seorang siswa”.

[21] Contohnya adalah (مَرَرْتُ بِطُلَّابٍ) “aku melewati para siswa”.

[22] Contohnya (مَرَرْتُ بِطَالِبَاتٍ) “aku melewati para siswi”.

[23] Contohnya (مَرَرْتُ بِأَبِيكَ) “aku melewati ayahmu”.

[24] Contohnya (مَرَرْتُ بِطَالِبَيْنِ) “aku melewati dua siswa”.

[25] Contohnya (مَرَرْتُ بِطَالِبِينَ) “aku melewati siswa-siswa.

[26] Contohnya (سَافَرْتُ إِلَى مَكَّةَ) “aku safar ke Makkah”. Makkah i’rōbnya majrūr dengan fathah karena isim ghoiru munshorif, karena kemasukan huruf jār ilā.

[27] Contohnya (لَمْ أَذْهَبْ) “aku belum pergi”.

[28] Hadzf (membuang) ada dua keadaan: (1) membuang huruf illat seperti (لَمْ أَخْشَ) “aku tidak takut” yang asalnya (أَخْشَى), dan (2) membuang nun seperti (لَمْ تَفْعَلُوا) “kalian tidak melakukan” yang asalnya (تَفْعَلُونَ).

[29] Fasal ini tidak hanya membahas isim, tetapi juga fi’il. Hal ini biasa disebut taglīb, yaitu memaksudkan dua atau lebih dengan menyebutkan perwakilan salah satu darinya. Semua istilah di fasal ini berikut contohnya, sudah dijelaskan di muka sehingga tidak perlu diulang kembali.

[30] Mu’rob artinya kata yang kena i’rōb. Kata yang kena i’rōb ada dua, yaitu isim dan fi’il mudhōri. Lawan dari mu’rob adalah mabni. 



Silahkan download kitabnya dibawah ini : 



Download Matan jurumiyah bahasa sunda 




sketsa tabel 
















Kitab Aqidah wa At Tauhid

  Kitab Aqidah wa At Tauhid ( Terjemah kitab Sulam At Taufiq ) Pengantar Penulis   مُقَدِّمَةُ المُؤَلِّف   الحَمْدُ للهِ رَبِّ ...